|
"Never give up on what you really want to do. The person with big dream is more powerful than the one with all facts."
- Albert Einstein - |
Pernah gak mikir
Apa Masalah Terbesar Dalam Hidupmu? Tau gak kalau sebenarnya masing-masing orang itu punya masalah yang dihasilkan setiap detiknya tapi gak semua orang peduli dengan masalahnya? Menurutku, semakin kita menyadari masalah apa yang tengah kita hadapi maka semakin kita mudah untuk menyelesaikan dan mendapatkan solusi terbaik dari masalah tersebut apabila dia muncul kembali di kemudian hari.
Banyak orang-orang sukses yang mengatakan "Carilah masalah sebanyak-banyaknya di masa muda agar mendapati solusi secepatnya sebagai bekal sukses di hari kemudian". Teori ini aku sebut dengan salah satu implementasi TIME HACKING.
Intermezzo dikit yah. Sebagai pengantar, pernah di suatu malam saat aku menjalani aktivitas rutin mingguan Leadership Mentoring aku dapat materi pembahasan terkait persiapan "Pasca Kampus". Apa yang bisa dan harus kita lakukan ketika nanti selesai dari proses perkuliahan dan menjadi seorang sarjana? Sebagai pembuka Mentor ku menyampaikan bahwa ada 3 kemampuan yang minimal salah satunya harus dikuasai oleh seorang mahasiswa untuk mempersiapkan kehidupannya setelah kuliah yaitu :
1. Akademik
2. Enterpreneurship
3. Organisasi / Diplomasi Politik
Pertama, Kemampuan Akademik. Ini adalah kemampuan yang selalu menjadi patokan utama jutaan mahasiswa di Indonesia setiap harinya. Setiap detik para mahasiswa dengan tipe akademis menghabiskan waktunya untuk belajar, belajar, dan belajar. Inti dari kemampuan akademik adalah "Kuasai Apa yang Menjadi Ranah Studimu", jangan sampai kita kuliah di jurusan DKV tapi kita hanya memiliki kemampuan yang sangat minim terkait dunia DKV, begitu pula yang lainnya. Jadikan studimu sebagai bekal untuk mengetahui apa rencana kerjamu di masa depan. Kemampuan akademik ini akan mengantarkan seorang mahasiswa untuk menjadi pekerja yang bisa diandalkan dalam segi teknis di perusahaan nantinya.
Kedua, Kemampuan Enterpreneurship. Di era Revolusi Industri 4.0 ini seluruh masyarakat diminta untuk tidak lagi bergantung pada negara dan industri besar. Setiap orang diminta untuk menciptakan lapangan pekerjaannya sendiri. Apalagi sekarang sudah dimudahkan dengan kecanggihan teknologi informasi. Ini adalah kemampuan yang harus dimiliki seorang mahasiswa apabila tidak ingin terjun sebagai seorang pegawai.
Kemampuan ini juga bisa dijadikan andalan untuk dapat bertahan hidup ketika sudah melamar pekerjaan kemana-mana tapi tidak ada yang diterima. Kemampuan ini adalah pendamping dari nilai akademik yang pas-pasan atau bahkan tidak sampai memenuhi kriteria minimum.
Ketiga, Kemampuan Organisasi / Diplomasi Politik. Kemampuan ini akan terlahir dari organisasi-organisasi mahasiswa yang ada di kampus dan akan menjadi icon identik dari para aktivis-aktivis kampus. Bisa jadi program studinya ketika berkuliah adalah Agribisnis tapi yang menjadi keahlian utamanya bukan terkait teknis pengembangan sektor pertanian melainkan membuat kebijakan yang pro terhadap petani dan sebagainya.
Kemampuan ini akan melahirkan para pemikir kritis, visioner, dan inovatif. Kemampuan ini bisa mengantarkan seorang mahasiswa untuk masuk ke ranah politik ketika menjalani kehidupan pasca kampus nanti. Para aktivis mahasiswa walaupun terkadang nilainya pas-pasan tapi ketika dia memiliki kemampuan organisasi / diplomasi politik yang bagus maka dia akan lebih bermanfaat dan dibutuhkan masyarakat ketimbang para akademis yang cenderung individualis.
Setelah mentorku menyampaikan itu beliau melanjutkan, "Saya pernah menjadi interviewer ketika penerimaan karyawan baru di kantor. Beda-beda karakter orang yang melamar kerja itu mas. Disaat interview lah kita bisa menggali karakternya dalam waktu yang singkat. Mulai dari jalur lulusan SMA, sampai lulusan S1 dan S2 ada yang ikut melamar. Ketika kami tanya 'APA MASALAH TERBESAR DALAM HIDUP ANDA?' disinilah terlihat perbedaannya."
Terkadang semakin tinggi jenjang pendidikannya semakin menarik jawaban yang diberikannya. Semakin matang mereka dalam menjawab. Tapi terkadang juga enggak, tergantung selama dia menempuh pendidikan apa aja yang dilakukannya.
Ternyata ketika nanti melamar pekerjaan akan ada perusahaan yang menggali kepribadian kita dengan menanyakan apa masalah terbesar yang pernah kita alami dan bagaimana cara kita melewatinya. Dan anehnya banyak mahasiswa dengan IPK tinggi yang gagal di tahap ini karena menurut interviewe kepribadian si calon pegawai bukanlah karakter yang baik untuk perusahaan karena masalah yang dianggapnya sebagai masalah terbesar sebenarnya hanya masalah yang remeh-temeh.
Maka benar yang dikatakan oleh Fisikawan ternama Albert Einstein. Einstein pernah mengatakan bahwa "Education is not learning of facts, but the training of the mind to think".
Untuk para sarjana dengan tipe kedua jarang banget yang mencoba peruntungan dengan melamar pekerjaan di perusahaan. Boro-boro ngelamar pekerjaan, ijazah aja kebanyakan dari mereka yang gak ngambil. Karena menurut mereka ijazah akan mengganggu misi mereka untuk jadi seorang pengusaha sejati. Tapi ada juga sih yang coba untuk bekerja di sebuah perusahaan. Mereka ini peluang lolosnya cukup besar karena pengalaman, kreativitas, dan konsep marketing mereka sangat dibutuhkan oleh perusahaan.
Untuk sarjana dengan tipe organisator adalah orang-orang yang biasanya paling lancar dalam menjawab pertanyaan ini ketika proses interview karena mereka sudah terbiasa dalam menghadapi banyak masalah dan menyelesaikannya. Kualitas SDM para organisator memang diakui sebagai tipe yang mudah beradaptasi dan memiliki jaringan luas yang dibutuhkan oleh perusahaan. Tapi jangan terlena gaes. Di era (komoditas) pendidikan sekarang ini IPK menjadi kunci dan nilai transaksi yang dibutuhkan untuk membuka pintu ke tahap selanjutnya dalam proses melamar pekerjaan. Ibarat sebuah rumah, IPK adalah kunci pintu utama dan softskill seorang organisator adalah perabotan mewah yang mengisi sebuah rumah. Percuma kita memiliki banyak perabotan tetapi kita tidak bisa masuk kedalam rumahnya. Kira-kira gitu.
Apa Masalah Terbesar Dalam Hidup Anda?
Aku terbayang, kalau nanti aku ngelamar kerja di perusahaan kemudian dihadapkan pada pertanyaan ini. Apa yang harus kujawab? Aku terus-terusan bertanya, apakah jawabanku adalah hal-hal yang remeh temeh atau memang sesuatu yang berbobot dan dapat menarik minat si interviewer untuk terus menggali potensi diriku?
"The important things is not stop questioning" - Albert Einstein
|
Film Top Billionaire A.K.A Top Secret |
Dengan gaya yang meyakinkan seperti Top ittipat di film Top Billionaire A.K.A Top Secret waktu lagi pinjem uang, mungkin nanti aku akan jawab gini,
"Saya adalah seorang anak yang selalu hidup diluar zona nyaman pak, khususnya dalam hal pendidikan. Dan ini adalah masalah yang harus selalu saya hadapi bukan hindari.
Diawali di tahapan dasar, saya menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak di Taman Pendidikan Qur'an (TPQ) dimana saya tidak diajarkan baca tulis huruf latin tapi huruf Hijaiyah. Saya dididik dengan dasar pendidikan agama dan lingkungan Islam. Bahkan di TPQ kami tidak diajarkan hal-hal yang umum seperti di TK lainnya. Ketika lulus TPQ saya sudah bisa membaca Al-Qur'an dengan baik walaupun belum fasih di tajwid.
Lanjut ke SD, saya masuk ke yayasan pendidikan yang mana didalamnya heterogen mulai dari suku, agama, bahkan warna kulit. Teman-teman dan guru baru saya ada yang beragama Islam, kristen protestan, katolik, Buddha, dan juga Hindu. Sukunya juga beda-beda, ada Batak, Jawa, Melayu, India, Arab, Tionghoa. Warna kulit juga demikian. Dari segi kurikulum juga porsinya berbeda dengan TPQ saya sebelumnya. Disini saya mulai belajar tentang baca tulis huruf latin, matematika dengan metode sempoa, IPA, IPS, seni budaya, dan lainnya.
Alhamdulillah orang tua saya menceritakan bahwa walaupun saya baru mengenal baca tulis huruf latin disaat masuk SD tapi baru 3 minggu duduk di bangku kelas 1 saya sudah bisa membaca dengan lancar tanpa mengeja seperti teman-teman saya yang lainnya.
Disaat saya kelas 4 SD ibu saya memindahkan saya ke SD lain (tetap di yayasan yang sama namun berbeda lokasi), karena di tempat sebelumnya saya masuk siang, di tempat yang baru saya masuk sekolah pagi. Disitu saya harus mencari teman-teman baru lagi, menyesuaikan diri dengan lingkungan baru lagi. Saya menempuh pendidikan di yayasan tersebut selama 9 tahun, dari SD sampai SMP. Cukup nyaman karena teman-teman saya di SMP adalah teman-teman saya juga di SD (pagi & siang).
Di SD - SMP tersebut saya belajar banyak hal pak, mulai dari toleransi, adaptasi diri, bahasa (karena disitu ada kurikulum pelajaran bahasa Indonesia, mandarin, dan bahasa Inggris yang terus diajarkan dari kelas 1 SD ditambah bahasa Jepang selama 3 tahun di SMP).
Lulus dari SMP saya harus kembali keluar dari zona Nyaman. Saya melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri dimana suasananya sangat jauh berbeda dari suasana sekolah saya dari SD-SMP. Kebetulan juga orang tua saya dipindah tugas kerja dan kami sekeluarga harus pindah rumah ke lokasi yang dekat dengan perusahaan ayah saya bekerja. Jadi selain suasana di sekolah jauh beda, suasana lingkungan pertemanan juga berbeda. Komunikasi dan pertemuan saya dengan sahabat-sahabat saya mulai terpisah oleh jarak yang cukup jauh.
Kalau sebelumnya di SMP saya belajar terkait ilmu sains dan bahasa, di Aliyah ini saya harus menambah porsi pelajaran dengan pendidikan agama yang lebih banyak dari sebelumnya. Di kelas saya saat itu berisi banyak sekali lulusan-lulusan Tsanawiyah dan pondok pesantren sehingga saya harus mulai belajar dari 0 lagi untuk bersaing dengan mereka dari segi nilai. Saya harus berjuang keras untuk belajar bahasa arab, fiqih, SKI, dan lain sebagainya. Dari usaha saya tersebut akhirnya saya lolos untuk masuk penjurusan di kelas Ilmu Agama dan menjadi salah satu yang cukup berpengaruh di kelas :D
Belum selesai sampai disitu, lulus dari Aliyah saya melanjutkan studi S1 di luar pulau, jauh dari orang tua, sahabat, bahkan harus menghadapi kultur yang lagi-lagi berbeda. Dari Medan saya berangkat ke Kabupaten Gresik untuk melanjutkan pendidikan. Disini saya berjuang sendirian, tidak memiliki keluarga sama sekali dan harus bertahan dengan kondisi kos yang pas-pasan.
Saya mengambil program studi Informatika di salah satu Universitas Internasional yang didirikan oleh sebuah BUMN yang mana ini jauh berbeda dari penjurusan saya sebelumnya di Aliyah. Disini saya mulai dari 0 lagi semuanya. Saya mulai pelajari dari dasar lagi padahal teman-teman saya se-angkatan hanya tinggal melanjutkan apa yang sudah mereka pelajari di SMA/SMK.
Baiklah, saya berusaha untuk menjalankannya sekuat tenaga saya pak. Selama kuliah saya cukup aktif dan bukan termasuk tipe mahasiswa yang kupu-kupu. Pada tahun ke-2 saya kuliah sudah dipercaya untuk menjadi Menteri termuda di BEM Universitas. Saya dipercaya oleh Presiden BEM pada waktu itu untuk menjadi Menteri Kebijakan Publik sebagai pengawal isu-isu sosial politik. Hingga di akhir periode saya diminta untuk melanjutkan organisasi sebagai Presiden BEM. Pada saat masa PEMIRA walau dengan pertimbangan yang cukup berat saya mencalonkan diri sebagai Presiden BEM dan Alhamdulillah saya dipercaya temen-temen mahasiswa untuk menjadi Presiden BEM selanjutnya.
Nah, disinilah masalah terbesar saya muncul. Di bulan Januari 2018, disaat baru saja 1 bulan saya terpilih sebagai Presiden BEM, IP Semester saya keluar. Hasil studi saya selama 1 semester sebelumnya telah muncul di Sistem Informasi Akademik Universitas. IP saya waktu itu adalah 2.30 pak dari yang semeseter sebelumnya 3.20. Jujur ini sangat mengejutkan saya, apalagi saat itu saya sedang menjalankan program KKN dan menjadi koordinator kelompok yang mana harus memikirkan strategi-strategi jitu dalam menjalankan program. Waktu itu pikiran saya kacau. Teman-teman kelompok saya semuanya cerita dengan bangganya bahwa IP mereka saat itu dalam kondisi yang sangat memuaskan. Disitu saya hanya bisa ikut tersenyum bahagia menikmati kebahagiaan mereka padahal didalam hati dan pikiran saya sedang berkecamuk. Saya anak kos, jauh dari keluarga, harus menanggung beban yang cukup berat ini. Tapi bukannya malu, disaat malam evaluasi saya malah blak-blakan mengumumkan ke teman-teman saya bahwa IP Presiden BEM & ketua kelompok mereka hanyalah 2.30.
"Beban ini berat, kalian gak akan kuat, biar aku saja" - Dolan.
Walaupun IPK saya masih berada di posisi 3 tapi beban saya di semester selanjutnya tentu amatlah berat. Di satu sisi saya harus menjalankan amanah yang berat sebagai Presiden BEM di masa-masa krisis keuangan kampus & tahun politik, di sisi lain saya harus mengejar nilai akademik agar IP saya menjadi aman di semester selanjutnya.
Mungkin bapak akan beranggapan bahwa nilai saya anjlok karena saya sebelumnya sangat sibuk di Organisasi sebagai Menteri, tapi saya katakan tidak pak, bukan itu alasan utamanya. Sebenarnya hal itu terjadi karena memang hidup itu penuh dengan pilihan. Terkadang kita harus memilih untuk mengejar sesuatu dan mengorbankan yang lainnya. Di semester tersebut saya mengikuti ujian sertifikasi Microsoft Office Specialist yaitu di bidang Microsoft Office Power Point 2013 yang di adakan oleh Telkomsel melalui program Indonesia Next 2017. Bahkan tidak hanya sampai di sertifikasi, karena saya mendapatkan nilai yang sempurna (1000/1000), saya mendapat kesempatan untuk mengikuti training Public Speaking dan Presentasi bahkan lolos ke tahap Top 20 di Jawa Timur. Sendirian saya berangkat membawa nama Universitas bersaing dengan 2443 mahasiswa dari koloni kampus-kampus besar di Surabaya dan Malang.
Karena mengikuti itu saya jadi sering meninggalkan kelas. Setiap minggu selama 1 bulan saya harus bolak-balik Gresik-Surabaya untuk mengikuti assesment. Sehingga banyak tugas-tugas dan quiz yang tidak saya ketahui dan tidak saya kerjakan walaupun semua Tugas Besar saya diselesaikan dengan baik. Dan inilah pilihan yang harus saya ambil. Saya memutuskan untuk bertekad tidak ingin mengulangi mata kuliah yang tidak lulus agar saya bisa ceritakan ke bapak hari ini tentang kisah ini. Ini adalah masalah terbesar yang pernah saya alami dalam hidup dan khususnya di masa perkuliahan. Kenapa menjadi masalah besar? Karena sebenarnya kalau ibu saya tau pada waktu itu nilai saya anjlok maka saya diminta untuk pulang ke Medan melanjutkan kuliah di Medan atau saya harus melepas amanah sebagai Presiden BEM bagaimanapun caranya. Karena yang orang tua saya tau kesuksesan hanya berdasar pada IPK bukan yang lain. Apakah saya berbohong sama orang tua? Tidak pak, saya cukup tidak menceritakan ini kepadanya sembari saya memperbaiki di semester selanjutnya. Dan sebagai informasi, apa yang saya ceritakan kepada bapak saat ini sudah saya ceritakan kepada jutaan orang di dunia melalui tulisan saya di blog pak."
"I have no special talents, I am only passionately currious." - Albert Einstein
Mungkin kira-kira itu yak yang bakalan aku ceritain ke interviewernya, bisa 3 hari 3 malam kayaknya nyeritain ginian hahaha. Tapi itulah masalah ku gaes, menurutku mending kita buat kesalahan secepat-cepatnya agar kita juga cepat dalam memperbaiki dan mengevaluasi diri. Alhamdulillah karena kegagalan itu aku jadi lebih serius sekarang dalam menjalani perkuliahan walaupun juga disibukkan sama kegiatan organisasi. Alhamdulillah Allah memberi kemudahan kepadaku untuk menyelesaikan tugas-tugas kuliah. Laa Yukallifullahu Nafsan illa Wus'ahaa, Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Banyaklah bersyukur, percayalah bahwa yang namanya masalah itu pasti ada dan pasti ada hikmahnya. Ketika cerita dari masalah yang kita hadapi kita bagikan kepada orang lain percayalah ini akan menjadi referensi orang lain agar bisa melewati masalah yang sama dengan lebih baik dan lebih mudah. Karena Tidak Ada Manusia Yang Tidak Mempunyai Masalah.
Gak semua yang negatif itu buruk dan gak semua yang positif itu baik gaes.
Itu masalah terbesarku, apa 'Masalah Terbesar dalam Hidupmu?' Ayo ceritakan kisahmu di kolom komentar dan ada hadiah untuk kalian yang punya kisah gak kalah menarik.
Syaratnya adalah :
1. Terbuka untuk semua usia
2. Dituliskan dengan bahasa yang semenarik mungkin di kolom komentar dibawah ini
3. Ajak 2 orang temenmu untuk mengikuti challenge ini
4. Mention nama temen kamu yang udah ngajakin ikut dalam challenge ini
5. Follow Instagram @tokobuku_ibnu dan DM dengan format : [NAMA]_[No.HP]_problemchallenge
6. Batas challenge sampai tanggal 18 Februari 2018
Hadiah :
1. Terbaik 1 mendapatkan voucher belanja buku apa aja (terbitan Indonesia) sebesar Rp. 50.000 di Toko Buku Ibnu Sabil (IG : @tokobuku_ibnu)
2. Terbaik 2 mendapatkan voucher belanja buku apa aja (terbitan Indonesia) sebesar Rp. 25.000 di Toko Buku Ibnu Sabil (IG : @tokobuku_ibnu)
3. Juara 3 mendapatkan satu buah buku berjudul "Jangan Mengeluh, Jadilah Tangguh!"
Tunggu apalagi? Yuk ikutan, aku tunggu cerita menarikmu!
-----------------------------------------------------------
Gresik, 13 Februari 2018