Aku lagi excited banget karena hari kamis, 23 November kemarin bisa bincang-bincang dengan 4 tokoh kebanggaan bangsa ini. Semua orang di negeri ini pasti kenal mereka. Ini kisah nyata lo yaa. Bukan cerita fiksi apalagi mimpi. Pertemuan kami tu gak disengaja.
Jadi ceritanya kemarin habis kuliah aku tu gabut, gatau harus ngapain dan kemana. Mau pulang ke asrama F18 agak males karena yakin nanti bakalan gak produktif kalau udah ketemu kasur (haha). Akhirnya aku kepikiran untuk ke Perpustakaan kampus aja, soalnya perpustakaan kampus tu baru di relokasi semenjak awal semester ini. Dari yang sebelumnya di kampus A pindah ke kampus B. Kata anak-anak yang lain sih perpustakaannya keren, aku lihat foto-fotonya di Instagram sih iya juga kelihatannya keren. Gedung Kampus B ini dulunya bangunan pabrik Semen, sekarang di alih fungsikan menjadi gedung perkuliahan dengan desain yang artistik dan modern.
Haha iya aku memang ketemu sama Bung Karno, Bung Hatta, Buya Mohammad Natsir, dan Pak BJ. Habibie cuma melalui buku otobiografinya aja. Tapi jangan kecewa dulu guys karena banyak pesan-pesan dari mereka yang harus aku sampaikan ke kalian dan gak sia-sia deh untuk dibaca. Sangat ngena untuk self-improvement.
Kemarin kebetulan juga kalau beberapa hari ini Aku selalu bawa buku Rudy Kisah Masa Muda Sang Visioner sebagai referensi untuk nulis Essay di Program Beasiswa Rumah Prestasi. Langsung aja bukunya aku jejerin di meja dan di foto deh, kayak gini ni :
1. Kutipan Kisah dari Pak BJ. Habibie
Pernah suatu kali, karena kelelahan mencari rumput untuk kuda, Rudy duduk bertopang dagu di depan rumah. Fanny tetap saja seperti biasa, selesai mencari rumput dia langsung bermain bersama anak-anak tetangga. Papi yang melihat Rudy kelelahan tersenyum dan membelai kepalanya. Tugas mencari rumput makin lama memang makin berat karena rumput di sekitar rumah sudah habis, jadi mereka harus mencarinya jauh. Papi meraih tangan Rudy dan mengajaknya jalan-jalan.
"Mau kemana, Pi?" kata Rudy bingung.
"Ikut saja," kata Papi tenang.
Papi melepaskan kuda yang sudah kenyang diberi makan, kemudian Rudy dinaikkan oleh tangan besar Papi. Mereka menyusuri hutan dan akhirnya tiba di sebuah mata air yang jernih. Gemerciknya sampai ke telinga Rudy. Papi menurunkan Rudy dari kuda dan mengajaknya mendekati mata air. Kaki Rudy yang kecil dimasukkan ke air. Sejuk terasa. Setelah tadi kakinya berpanas-panasan mencari rumput, kini langsung terasa dingin dan menyenangkan.
"Rudy senang?" tanya Papi yang sudah berjongkok di sekelilingnya.
Rudy mengangguk sambil terus memainkan kakinya di air.
"Rud, coba kamu lihat sekeliling kamu."
Rudy berhenti bermain air dan memandang ke sekililing. Dia melihat tanaman-tanaman yang tumbuh subur, semuanya tampak segar dan hijau. Beberapa petani mengambil air dari mata air itu untuk menyiram tanaman mereka.
"Menurut kamu, kenapa semua tanaman di sini bisa tumbuh subur?"
"Karena dekat dengan air," jawab Rudy polos. Dia teringat kalau sore hari Mami juga suka repot menyiram tanaman-tanaman di teras rumah.
"Benar, karena itu kamu harus jadi mata air."
Kalau tadi Rudy bangga dengan jawabannya, kini dia mulai terlihat bingung.
"Kalau kamu baik, semua yang di sekelilingmu juga akan baik. Kalau kamu kotor, semua yang disekitarmu akan mati."
Pelan-pelan Rudy memahami maksud perkataan Papi.
"Coba lihat, tanaman disini tidak cuma sejenis, kan?"
Rudy kembali mengangguk. "Itu artinya mata air memberi kebaikan tanpa pilih-pilih."
2. Kutipan Kisah dari Buya Mohammad Natsir
"Tiap-tiap kita adalah da'i pengemban tugas dakwah." Begitu salah satu potongan dari Nasihat Pak Natsir ketika orang masih terlibat politik di tahun 90-an. Pada kesempatan lain, beliau memperingatkan, utamanya kepada para da'i, "Kalau memang saudara-saudara merasa tidak perlu ikut berpolitik, biar tidak usah berpolitik. Tetapi saudara-saudara jangan buta politik. Kalau saudara-saudara buta politik, saudara-saudara akan dimakan oleh politik." Betapa dalam dan kuatnya pesan dari kalimat ini, memberikan pelajaran yang berarti bagi generasi muda sebagai generasi penerus.
Pilihan bertahan dan uzlah telah menguatkan umat. Menumbuhkan disiplin dari dalam. Tidak karena paksaan dari luar, seperti disiplin itik pulang petang, berbaris patuh teratur di bawah komando sebuah ranting. Sesungguhnya, kondisi umat dengan kepatuhan seperti itu, kualitasnya hanya terikat dalam disiplin seujung bilah (ranting). Bukan umat begitu yang diharapkan tumbuh.
Dalam situasi sulit demikian dirasakan sungguh perlunya ada pemimpin khadimul ummah. Sungguhpun kepemimpinan itu barangkali hanya sebentuk informal leader, namun mampu menjadi effective leader. Pemimpin istiqamah menjadi tempat tumpuan saat kebingungan dengan perkembangan keadaan; tempat melepas perasaan yang sesak tertekan, dan tempat meminta nasihat dan saran.
3. Kutipan Kisah Bung Karno dan Bung Hatta
Untuk sepenggal kisah dari Bung Karno dan Bung Hatta sayang banget gabisa aku catet dan bagikan disini. Soalnya untuk buku Bung Hatta sendiri ada 3 jilid, dan waktu aku baru buka bukunya tiba-tiba petugas Perpustakaan bilang kalau perpustakaannya mau tutup. Aaaah gak terasa ternyata langit udah gelap dan menunjukkan pukul 5 sore. Padahal rasanya baru aja aku duduk di perpustakaan ini. Aku terpaksa harus menghentikan perbincanganku dengan keempat tokoh inspirasi bangsa.--------------------------------------------------
Gresik, 25 November 2017