Dari bentuk dan warnanya, strawberry itu menawan. Namun, di balik keindahannya, ia ternyata begitu rapuh. Itu adalah ilustrasi dari strawberry generation. Sebuah bagian dari suatu generasi yang rapuh meski terlihat indah.
Dalam lukisan kanak-kanak, strawberry termasuk buah yang mudah digambar. Bentuknya eksotis dan indah. Namun, begitu strawberry kena benturan, atau tergesek sikat gigi saja, ia begitu mudah terkoyak. Lalu hancur.
Seperti itulah Strawberry Generation.
Daya juang dibutuhkan untuk menembus hambatan, bukan sekedar ditatap atau diratapi. Dan, kalau ada orang lain yang lebih berhasil, belajarlah dari mereka. Terimalah kritik-kritik. Bukan menghindari atau mengutuk mereka, bahkan memenjarakan mereka, atau sekedar membuatkan pesan-pesan kebencian yang sering kita saksikan di dunia maya.
Mindset penerobos, penantang hambatan dan kesulitan itu disebut sebagai growth mindset. Ini adalah orang-orang yang punya daya juang, dididik terbiasa menghadapi kesulitan untuk menang.
Sebaliknya, generasi yang "manja", yang menjadi strawberry itu, disebut fixed mindset. Ia mudah hancur, digerus kompetisi dan ketidakpastian.
Oleh karena itulah, kita perlu mengingatkan orangtua dan para guru, betapa pun "punya" dan "sejahteranya" mereka, berikanlah tantangan pada anak-anak sedari muda.
Biasakanlah mereka menghadapi kegagalan. Sebab, lebih baik mereka belajar dari satu-dua kegagalan, ketimbang akan menjadi gagal selama-lamanya karena terbiasa ditopang. Berikanlah mereka keterampilan hidup, self-regulations, dan biasa membuat keputusan.
Diatas adalah kalimat yang aku kutip dari buku terbaru Prof. Rhenald Kasali Ph.D yang berjudul Strawberry Generation. Buku terbitan Mizan pada Juni 2017 ini membicarakan tentang nasihat dan tips dari penulis agar para pembacanya tidak menjadi generasi yang rapuh tapi menjadi Generasi yang tangguh.
Penulis menganalogikan generasi sekarang ini layaknya sebuah strawberry. Elok dipandang, menawan, namun sangat rapuh. Di kutipan ini Prof. Rhenald Kasali berpesan agar generasi sekarang jangan terlalu nyaman menjadi Strawberry Generation. Generasi sekarang harus berani menjadi generasi dengan mindset penerobos.
Sebagai kutipan pembuka, aku juga rekomendasiin banget ke kelen para kaum millenial untuk baca buku ini atau minimal ikuti terus lah kutipan yang bakal aku tuliskan di blog ini. Karena reformasi atau cita-cita mencapai masa emas di 2045 hanya nonsense belaka kalau kita para generasi penerus bangsa hanya menjadi Strawberry Generation.
Mungkin itu dulu yak, nantikan kutipan selanjutnya.
Farhan Dalimunthe undur diri,
Bye netijen...
-----------------------------------------------------------
Gresik, 27 Februari 2018