Esai - Yang Muda Yang Memimpin
PEMUDA INDONESIA MENUJU 100 TAHUN KEMERDEKAAN BANGSA
Oleh : Farhan Abdillah Dalimunthe
Gresik, 29 Mei 2016
"Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia. Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia. Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjong bahasa persatoean, bahasa Indonesia."
Ratusan tahun yang lalu, ada seorang pemuda yang bercita-cita ingin menyatukan sebuah negeri, yang dikenal dengan sebutan "Nusantara". Tahun 1800-an para pemuda berkumpul untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu. Tahun 1928 berkumpul-lah para pemuda mengucapkan satu label simbol kelahiran sebuah bangsa Indonesia, yang kita kenal momen itu dengan sebutan "Sumpah Pemuda". Tahun 1945 golongan muda bertikai dengan golongan tua dan kemudian menculik bung Karno untuk selanjutnya bisa memproklamirkan negeri kita Indonesia.
Bung Karno berpesan, "Jangan sekali-kali melupakan sejarah". Sebuah isyarat bahwa perjuangan masa lalu mampu mengisi sanubari dalam menggambar masa depan secara arif. Gerakan mahasiswa juga tak luput dari sejarah panjang. Perjuangan monumental selalu identik dengan geliat aktivis 98 yang mampu meruntuhkan tirani orde baru.
Kini berada di tahun 2016. Kebanyakan mahasiswa hari ini adalah generasi muda yang dilahirkan pada tahun 94-97. Berarti pada saat peristiwa 98 terjadi mereka baru berusia antara 1-4 tahun. Usia yang asyik untuk bermain dan bertumbuh kembang. Kebanyakan dari mereka menganggap bahwa peristiwa 98 bercerita tentang perjuangan mahasiswa yang berhasil menduduki gedung wakil rakyat. Selebihnya mereka tidak tahu.
Sebelum melangkah lebih jauh, menarik jika kita menilik sedikit mengenai gambaran umum tentang generasi Indonesia saat ini. Menurut survey UNDP 2013, Indeks Pembangunan Mahasiswa (IPM) Indonesia tahun 2012 menduduki peringkat 121 dari 187 Negara dengan skor 0,692. Sementara di tataran ASEAN, Indonesia masih dibawah Malaysia yang menempati skor 0,769 dengan peringkat ke-69. Miris jika melihat kualitas generasi muda kita yang bahkan masih dibawah Negara serumpun yang lainnya. Faktanya pun, mayoritas generasi muda saat ini masih sangat apatis bahkan terkesan menutup mata dengan kondisi Indonesia saat ini.
Setiap pemuda di Indonesia diharapkan kelak menjadi seorang pemimpin yang berani mengubah dan memperbaiki kedudukan bangsa Indonesia di mata dunia. Sehingga jika para kaum muda kita mengalami kerusakan moral maupun agama, maka nasib bangsa kita juga wajib untuk dipertanyakan. Karena pada dasarnya semua pemuda di Indonesia merupakan harta bangsa yang harus dibina dengan segala bentuk pendidikan, baik pendidikan formal, informal, maupun pendidikan psikologi sampai pendidikan politik. Berdasarkan hal tersebut dapat diamati jika pendidikan juga merupakan faktor penting sebagai pencetak pemimpin masa depan Indonesia yang unggul. Melalui pendidikan generasi muda di didik sekaligus dibentuk menjadi seorang pemimpin, maka dari itu jangan sampai pendidikan yang sudah dirancang dan dilaksanakan oleh Negara mengesampingkan masa depan pemudanya. Kualitas pemuda hari ini menentukan nasib bangsa di Masa Depan. Semoga pemuda Indonesia dapat memimpin jalannya Negara, bukan hanya untuk menjadi Presiden, tapi untuk menjadi penggebrak moral menuju 100 tahun kemerdekaan Indonesia di tahun 2045.
Demikian refleksi singkat mengenai "Yang Muda Yang Memimpin" yang disajikan berdasarkan analisis, opini, serta argumen penulis yang menyorot pada fenomena yang ada. Sehingga diharapkan tulisan ini tidak menjadi tulisan yang semata-mata hanya bersifat teoritik.
Download versi PDF disini
Download versi PDF disini
0 komentar:
Posting Komentar